Saat kamu baru mendirikan usaha, tentu senang rasanya melihat pelanggan yang mulai berdatangan. Artinya, omzet pun mulai mengalir masuk. Namun, lambat laun satu pertanyaan besar pun muncul, “Kapan, ya, aku bisa balik modal?”
Meskipun terdengar sederhana, pertanyaan tersebut cukup krusial. Untuk bisa menjawabnya, kamu perlu memahami tentang break even point (BEP). BEP dapat membantumu mengetahui kapan pendapatan usaha bisa menutupi seluruh biaya operasional. Lantas, bagaimana cara menghitung BEP? Jawaban selengkapnya bisa kamu dapatkan melalui ulasan berikut!
Apa Itu Break Even Point?
Break even point atau BEP adalah titik keseimbangan yang menunjukkan bahwa total pendapatan dari penjualanmu berjumlah sama dengan dengan total biaya yang kamu keluarkan. Jadi, pada titik ini, bisnismu tidak mengalami kerugian, tapi juga belum menghasilkan keuntungan. Kalau disederhanakan, BEP adalah momen ketika modal yang telah kamu keluarkan sudah berhasil kembali. Dengan kata lain, kamu berhasil balik modal.
Baca juga: Untung atau Buntung?
Nah, dalam menghitung BEP, terdapat sejumlah asumsi dasar yang penting untuk kamu pahami. Berikut di antaranya:
- Biaya tetap bersifat konstan, ia tidak berubah selama periode tertentu meskipun terjadi volume produksi atau penjualan. Contohnya seperti biaya sewa kantor atau gudang;
- Biaya variabel akan berubah mengikuti tingkat produksi atau penjualan produk;
- Harga jual per unit produk dianggap tidak berubah selama periode analisis berlangsung;
- Penghitungan BEP tidak mempertimbangkan adanya persediaan stok, sebab seluruh produk yang sudah dibuat akan dianggap langsung laku terjual;
- Proses dan efisiensi produksi diasumsikan tetap sama selama periode analisis. Tidak ada perubahan sistem, upgrade mesin, maupun efisiensi kerja yang memengaruhi biaya;
- Dalam penghitungan BEP dasar, bisnis dianggap hanya menjual satu jenis produk.
Manfaat Break Even Point
Tujuan utama BEP memang untuk mengetahui kapan bisnismu bisa mencapai titik impas atau balik modal. Namun, di samping itu, sebetulnya penghitungan BEP juga menyimpan sederet manfaat lain untuk bisnis, yaitu:
1. Menjadi pedoman untuk menentukan margin keuntungan
BEP membantumu menghitung jumlah unit produk yang perlu dijual supaya balik modal. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, kamu jadi bisa menetapkan target penjualan baru untuk mulai menghasilkan keuntungan. Bahkan, kamu juga dapat sekaligus memprediksi jumlah keuntungan bersih yang akan diperoleh setelah melewati titik impas.
Misalnya, setelah bisnismu mencapai break even point, ternyata setiap unit produk yang kamu jual bisa memberi keuntungan bersih sebesar Rp15.000. Kamu bisa menggunakan informasi tersebut untuk merancang strategi penjualan yang lebih agresif tanpa mengorbankan margin, yakni selisih antara harga jual dan biaya variabel per unit produk.
Bahkan, tak hanya itu, kamu juga bisa menjadikan BEP sebagai acuan untuk menyusun strategi promosi agar tetap menguntungkan. Pastikan bahwa promo yang kamu berikan masih menyisakan margin dalam jumlah wajar.
2. Mempermudah proyeksi keuangan
Sebagai pemilik usaha, kamu perlu membuat proyeksi keuangan untuk memprediksi tingkat pendapatan dan pengeluaran bisnis pada periode mendatang. Nah, BEP adalah salah satu pondasi penting dalam penyusunan proyeksi tersebut. Dengan mengetahui kapan bisnismu balik modal, kamu akan lebih mudah memprediksi arus kas, menetapkan target realistis, hingga merencanakan modal kerja.
Sebagai contoh, hasil penghitungan BEP menunjukkan bahwa bisnismu baru akan mencapai titik impas pada bulan ke-4 setelah produksi dimulai. Berdasarkan informasi tersebut, kamu dapat merencanakan anggaran bisnis selama empat bulan pertama.
Kemudian, hitunglah kapan kamu bisa mulai menabung profit atau melakukan ekspansi. Dengan begini, laporan proyeksi keuangan bisnismu akan lebih meyakinkan. Kamu dapat menyertakannya dalam proposal usaha atau business plan, sehingga mampu meningkatkan peluang untuk dilirik investor.
Baca juga: Begini Contoh Bisnis Plan yang Baik dan Benar
3. Mengecek kesehatan finansial usaha
Penghitungan BEP memungkinkan kamu untuk membandingkan kondisi penjualan aktual dengan titik impas. Dari sinilah kamu bisa tahu apakah bisnismu masih rugi, sudah balik modal, atau telah untung. Kamu dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi kesehatan finansial bisnis secara rutin.
Menurut hasil penghitungan BEP, katakanlah kamu bisa mencapai titik impas jika berhasil menjual 200 produk per bulan. Namun, pada bulan tersebut, kamu hanya mampu menjual 150 unit produk. Artinya, bisnismu masih rugi. Kamu bisa segera ambil tindakan untuk mengidentifikasi penyebabnya, lalu menyusun rencana perbaikan agar bisnis segera balik modal dan untung.
4. Mengetahui efek perubahan harga bahan baku
Salah satu komponen penting dalam penghitungan break even point adalah biaya variabel, yakni biaya yang jumlahnya berubah mengikuti volume produksi atau penjualan. Contohnya seperti biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Jadi, kalau misalnya harga bahan baku naik, otomatis biaya variabel per unit produk akan ikut naik. Imbasnya, kontribusi margin akan turun dan BEP pun naik. Berarti, kamu perlu menjual lebih banyak produk untuk mencapai titik impas.
Dengan kata lain, BEP dapat membantumu mengetahui efek perubahan harga bahan baku. Kamu pun jadi bisa menimbang apakah perlu menekan biaya lain atau menaikkan harga jual untuk segera balik modal dan menghasilkan keuntungan.
Baca juga: Cara Menghitung Keuntungan Jualan dengan Tepat
Cara Hitung Break Even Point
Supaya bisa merasakan berbagai manfaat di atas secara maksimal, kamu perlu menghitung BEP dengan tepat. Seperti ini caranya:
1. Ketahui pengeluaran dan pemasukan saat ini
Catatlah seluruh biaya pengeluaran dan pendapatan penjualan selama periode tertentu, misalnya bulanan. Total biaya pengeluaran umumnya mencakup tagihan listrik, sewa gedung, bahan baku, gaji tenaga kerja, dan lain sebagainya. Sementara itu, pendapatan merujuk pada total hasil penjualan produk selama periode yang telah ditentukan.
Dengan mencatat total pengeluaran dan pemasukan bisnis, kamu bisa tahu posisi bisnis saat ini; apakah rugi, impas (balik modal), atau sudah untung. Informasi ini dapat menjadi pondasi dalam membuat proyeksi BEP yang realistis.
2. Buat prediksi kenaikan harga berdasarkan data
Periksa kembali tren kenaikan harga selama beberapa waktu terakhir, kemudian buatlah prediksi realistisnya. Misalnya, kemungkinan besar upah minimum tenaga kerja akan naik tahun depan. Di sisi lain, harga bahan baku juga cenderung baik 5–10% tiap enam bulan.
Jadi, kalau awalnya harga bahan baku adalah Rp20.000 per unit dengan prediksi kenaikan harga 10%, kamu perlu menggunakan harga Rp22.000 dalam penghitungan BEP. Dengan begini, BEP dapat membantumu mengantisipasi perubahan biaya pada masa depan. Kamu pun bisa mencegah risiko kerugian akibat penghitungan yang kurang realistis.
3. Bagi pengeluaran menjadi kategori fixed cost dan variable cost
Pisahkan seluruh pengeluaran bisnismu menjadi dua kategori besar, yaitu fixed cost dan variable cost. Fixed cost adalah biaya tetap yang jumlahnya tidak akan berubah walaupun jumlah produksi naik maupun turun. Contohnya seperti biaya sewa tempat dan langganan internet. Sementara itu, variable cost adalah biaya pengeluaran yang jumlahnya berubah-ubah mengikuti tingkat produksi. Misalnya adalah biaya bahan baku dan kemasan.
Dalam menghitung BEP, pembagian fixed cost dan variable cost merupakan tahap yang penting. Tujuannya agar kamu bisa menghitung kontribusi margin per unit produk secara lebih akurat. Selain itu, tentunya kamu juga jadi dapat mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai untuk menutup biaya tetap atau variable cost.
4. Hitung harga jual per unit dan kontribusinya
Tentukan harga jual per unit produk, kemudian kurangi dengan total biaya variabel per unit. Tujuannya untuk mengetahui jumlah laba kotor yang dihasilkan oleh tiap produk. Laba kotor tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap, sehingga nantinya bisnismu bisa menghasilkan profit.
Misalnya, katakanlah tiap unit produkmu dijual seharga Rp30.000, sedangkan biaya variabelnya adalah Rp20.000. Artinya, kontribusi margin per unit produk adalah: Rp30.000 - Rp20.000 = Rp10.000. Setiap unit produk menyumbang Rp10.000 untuk menutup biaya tetap dan profit setelahnya.
5. Gunakan rumus break even point
Setelah mempersiapkan seluruh data di atas, kamu bisa menghitung break even point dengan rumus dasar yang tersedia, yaitu: BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit). Rumus tersebut dapat kamu gunakan untuk menghitung BEP pada berbagai bidang atau sektor bisnis. Supaya lebih jelas, mari simak contohnya pada poin di bawah ini!
Contoh Perhitungan Break Even Point
Bisnis pada sektor apa pun pasti membutuhkan momen balik modal. Dengan begitu, kamu dapat memprediksi kapan bisnis bisa mulai untung setelah mencapai titik impas. Mulai dari sektor manufaktur hingga pariwisata, berikut contoh perhitungan BEP dalam berbagai sektor bisnis:
Usaha manufaktur
Saat ini, kamu sedang menjalankan perusahaan manufaktur yang memproduksi meja kayu. Data keuangannya adalah sebagai berikut:
- Harga jual per meja kayu: Rp1,5 juta;
- Biaya tetap bulanan (listrik, sewa gudang, dan gaji staf tetap): Rp20 juta;
- Biaya bahan baku: Rp750.000;
- Biaya tenaga kerja per unit: Rp250.000;
- Biaya operasional pabrik per unit: Rp150.000;
Penghitungan BEP per unit = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
= Rp20 juta : (Rp1,5 juta - (Rp750.000 + Rp250.000 + Rp150.000))
= Rp20 juta : (Rp1,5 juta - Rp1,15 juta)
= Rp20 juta : Rp350.000
= Rp57,14 → 58 unit.
Kesimpulannya, kamu perlu menjual setidaknya 58 unit meja per bulan agar bisa balik modal. Jadi, kalau misalnya kapasitas produksimu ternyata hanya 50 meja, kamu akan lebih rentan mengalami risiko kerugian.
Usaha jasa
Tak hanya untuk produk berupa barang, penghitungan break even point juga bisa diterapkan pada produk berbentuk jasa. Sebagai ilustrasi, katakanlah kamu memiliki perusahaan yang menawarkan jasa desain interior dengan rincian data berikut:
- Rata-rata harga per proyek desain: Rp20 juta;
- Biaya tetap bulanan (sewa kantor, gaji karyawan, alat kerja): Rp15 juta;
- Biaya variabel per proyek (printing, transportasi, asistensi): Rp5 juta
Penghitungan BEP per proyek = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
= Rp15 juta : (Rp20 juta - Rp5 juta)
= Rp15 juta : Rp15 juta
= 1 proyek.
Artinya, hanya dengan menyelesaikan satu proyek desain interior per bulan, kamu sudah bisa mencapai titik impas atau balik modal. Apabila dalam sebulan mampu menyelesaikan hingga tiga proyek, peluang keuntungan bersih yang bisa kamu dapatkan adalah Rp30 juta (kontribusi margin).
Sebaliknya, kalau tidak ada proyek masuk, risiko kerugian pun akan tinggi. Oleh sebab itu, kamu perlu mempersiapkan strategi promosi dan mengoptimalkan relasi untuk memperluas jangkauan jasa desainmu.
Baca juga: 11 Contoh Ide Usaha Jasa yang Menjanjikan
Usaha kuliner
Katakanlah saat ini kamu memiliki usaha warung makan. Kamu ingin mengetahui break even point harian. Sebelum menghitungnya, tuliskan dulu rincian data keuangannya seperti berikut:
- Harga jual rata-rata satu porsi makanan: Rp20.000;
- Biaya tetap bulanan (listrik, sewa tempat, dan gaji pegawai): Rp5 juta;
- Biaya bahan baku dan gas per porsi makanan: Rp10.000.
Penghitungan BEP per porsi makanan = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
= Rp5 juta : (Rp20.000 - Rp10.000)
= Rp5 juta : Rp10.000
= 500 porsi per bulan
= 500 : 30 hari
= 16,67 → 17 porsi makanan per hari.
Berdasarkan hasil penghitungan BEP di atas, warung makanmu akan mencapai titik impas atau balik modal apabila berhasil menjual 17 porsi makanan per hari. Jika lebih dari itu, kamu akan mendapatkan profit. Tapi kalau jumlah pelanggan turun drastis, misalnya saat tanggal tua atau hujan deras, ada kemungkinan pendapatanmu bisa di bawah BEP.
Usaha pariwisata
Bagi yang sedang menjalankan usaha di bidang pariwisata, kamu juga bisa menghitung BEP menggunakan rumus yang telah disebutkan di atas. Sebagai contoh, gunakan data keuangan dari perusahaan trip organizer berikut untuk menghitung BEP:
- Harga jual paket wisata: Rp500.000 per orang;
- Biaya tetap bulanan (gaji pegawai, peralatan, marketing: Rp10 juta;
- Biaya variabel untuk tiap peserta (tiket, guide, konsumsi, transportasi): Rp300.000.
Penghitungan BEP usaha pariwisata = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)
= Rp10 juta : (Rp500.000 - Rp300.000)
= Rp10 juta : Rp200.000
= 50 peserta per bulan.
Berarti, perusahaan trip organizer yang kamu jalankan bisa meraih BEP apabila berhasil menjual paket wisata ke 50 peserta dalam sebulan. Untuk mencapai target tersebut, banyak perencanaan wisata yang bisa kamu lakukan Misalnya, kamu dapat mengisi dua trip dengan 25 peserta atau lima trip kecil berisi 10 orang dalam sebulan.
Dengan menghitung break even point atau BEP, kamu bisa mengetahui kapan bisnismu akan balik modal. Informasi ini akan berguna untuk membantumu menentukan target penjualan. Nah, supaya proses penghitungan berjalan lancar, pastikan kamu menyiapkan seluruh data keuangan yang dibutuhkan, ya. Hal ini akan lebih mudah dilakukan jika kamu bergabung menjadi GoPay Merchant!
Sebagai GoPay Merchant, kamu bisa bikin QRIS gratis langsung jadi untuk menerima pembayaran cashless yang praktis. Nantinya, dana yang masuk ke akun QRIS bisnismu bisa kamu cairkan kapan pun dan di mana pun sesuai kebutuhan tanpa biaya sepeser pun!
Tak hanya itu, setiap transaksi melalui QRIS juga akan tercatat secara otomatis dalam sistem aplikasi. Kamu bisa mengunduh rekapan transaksi harian, mingguan, hingga bulanan untuk menyusun laporan keuangan maupun menghitung BEP secara lebih mudah.
Yuk, bawa bisnismu ke level lebih tinggi dengan bergabung sebagai GoPay Merchant! Masih ada sederet fitur lain yang dapat menunjang operasional bisnismu sehari-hari. Buktikan sendiri dengan download gratis aplikasi GoPay Merchant sekarang juga!